Jumat, 06 Januari 2012

Tugas BTR kelas Equisetinae


TUGAS BOTANI TUMBUHAN RENDAH
PTERYDOPHYTA (KELAS EQUISETINAE)


OLEH
NAMA: DIANA A. KATOENDIANG
 MODESTA MINARTI
MERTY RUT DALLE
             NINGSYH  D.  KORE NARA
 NURFIANTI AZHARI
                                                           RUBEN BABYS
                                                           SISILIA PODUPASI
                                                           YOSIA BAKEN
                                             SEMESTER: III
PRODI: P. BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNDANA
KUPANG
2011
Kelas Equisetinae : 
 Kelas Equisetinae Memiliki ciri batangnya beruas, berbuku, dan berongga, mengandung silika, daun kecil-kecil seperti sisik, terletak melingkar pada buku-buku. Sporangiumnya melekat pada sporofil yang berbentuk perisai dan bertangkai. Sporofil tersusun menjadi strobilus yang letaknyadiujung percabangan. Spora yang dihasilkan mempunyai bentuk yang sama dilengkapi dengan 4 ekor yang berfungsi dalam proses penyebaran bersifat higring, higroskopik, dalam keadaan kering mengembang, dan dalam keadaan basah akan menggulung. Kelas ini terdiri dari equisetales & 1 suku equisetaceae serta terdiri dari 1 marga equisetum ( paku ekor kuda ).
Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya, berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak mengandung silika. Ada kelompok yang batangnya bercabang-cabang dalam posisi berkarang dan ada yang bercabang tunggal. Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada yang disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak pada ujung batang (apical). Pada banyak spesies (misalnya E. arvense), batang penyangga strobilus tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna hijau) serta hanya muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak memiliki perbedaan ini (batang steril mirip dengan batang pendukung strobilus), misalnya E. palustre dan E. debile.

Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik. Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual.
Tumbuh sebagian di darat, sebagian di rawa-rawa. Anggota-anggotanya dapat dijumpai di seluruh dunia kecuali Antartika. Di kawasan Asia Tenggara (Indonesia termasuk di dalamnya) hanya dijumpai satu spesies alami saja, E. Ramosissimum). Memiliki semacam rimpang yang merayap, dengan cabang yang berdiri tegak. Pada buku-buku batang terdapat suatu karangan daun serupa selaput atau sisik, berbentuk runcing, mempunyai satu berkas pengangkut kecil. Karena daun amat kecil, batang dan cabang-cabangnya yangmempunyai fungsi sebagai asimilator, tampak berwarna hijau karenamengandung klorofil. Di antara warga Equisetales terdapat beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi untuk menghadapi kala yang buruk, ada pula yang tetap berwarna hijau.Sporofil tersusun dalam rangkaian yang berseling, dan karena pendeknya ruas-ruas pendukung sporofil, maka rangkaian sporofil terkumpul menyerupai suatu kerucut pada ujung batang. Sporofil berbentuk perisaiatau meja dengan satu kaki di tengah, dengan beberapa sporangium (5-10) berbentuk kantung pada sisi bawahnya. Jaringan sporogen mula-mula diliputi oleh dinding yang terdiri atas beberapa lapis sel. Seperti biasanya, dinding sel-sel dalam (tupetum)terlarut, plasmanya merupakan periplasmodium yang masuk di antaraspora-spora, dan habis terpakai untuk pembentukan dinding spora. Jika spora telah masak, sporangium hanya mempunyai dinding yang terdiriatas selapis sel saja. Sel-selnya mempunyai penebalan berbentuk spiral atau cincin. Sporangium yang telah masak pecah menurut suatu retak  pada bagian dinding yang menghadap ke dalam. Retak itu terjadi karena pengaruh kekuatan kohesi air yang menguap dan berkerutnya dinding sel yang tipis pada waktu mengering. Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo- dan eksosporium, dan di samping itu masih mempunyai perisporium yang berlapis-lapis.Lapisan perisporium yang paling luar terdiri atas dua pita sejajar yangdalam keadaan basah membalut spora. Pita itu ujungnya agak melebar seperti lidah . Jika spora menjadi kering, pita itu terlepas darigulungannya, akan tetepi kurang lebih di tengah-tengahnya tetap melekat pada eksosporium. Dengan adanya pita yang memperlihatkan gerakan higroskopik itu, pemencaran spora di permudah, dan itu kemungkinan adanya beberapa spora yang selalu bergandeng-gandengan amatlah besar,dan bila spora jatuh di tempat yang amatlah besar, dan di tempat yang berdekatan, tentulah dalam perkembangan selanjutnya protalium akan berdekatan pula. Pada perkecambahan spora, rhizoid keluar dari bagian yang tidak menghadap sinar matahari. Sel-sel lainnya berkembang terus menjadi bagian protalium yang berwarna hijau. Protalium berupa talus yang bercabang-cabang, dapat berumah satu, tetapi biasanya berumah dua. Anteridium terbenam dalam protalium dan mengeluarkan spermatozoid berbentuk sekrup dengan banyak bulu cambuk.. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel, tetapi berlainan dengan Lycopodium.  Pada Equisetales tidak terbentuk suspensor, melainkan kedua sel itu membelah-belah lagi. Embrio pada Equisetales letaknya eksokopik, tunas mempunyai sel ujung bentuk piramid. Bakal akar terletak di bagian samping sumbu panjangnya. .Beberapa jenis tumbuhan  ini mempunyai sebagian batang yang tetap steril dan banyak bercabang-cabang, dan cabang-cabang itu tersusun dalam karangan. Sel-sel epidermis batang mengandung zat kersik pada dinding yang sebelah luar, oleh sebab itu abu batang tumbuhan ini dapatdigunakan sebagai penggosok..









Klasifikasi Paku Ekor Kuda Raksasa
Equisetum giganteum Nama umum
Indonesia:
Paku ekor kuda raksasa

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
 Kelas: Equisetopsida
 Ordo: Equisetales
 Famili:
Equisetaceae
 Genus:
Equisetum
 Spesies: Equisetum giganteums
?Paku ekor kuda


Contoh spesies